Rabu, 05 Desember 2012

Tidur Lebih Efektif Redakan Rasa Sakit

KOMPAS.com – Tidur ternyata memberi manfaat lebih besar dibandingkan sejenis obat painkillerbernama codeine dalam meredakan rasa sakit. Menurut sebuah studi terbaru, memperbanyak waktu tidur dapat meningkatkan tingkat kesadaran pada siang hari dan dapat berarti juga mengurangi rasa sensitivitas pada rasa sakit.

“Hasil penelitian kami menunjukkan pentingnya tidur yang cukup ketika sedang mengalami kondisi nyeri kronis atau ketika dalam persiapan untuk bedah elektif. Penurunan sensitivitas rasa sakit dengan tidur cukup mengejutkan, karena lebih besar dari efek yang ditimbulkan saat mengonsumsi codeine,” tambah ungkap ketua penelitian Timothy Roehrs.

Temuan terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal Sleep ini melibatkan 18 orang dewasa dalam keadaan sehat, bebas rasa sakit, dan memiliki kecenderungan sedikit tidur yang secara acak dibagi menjadi dua kondisi. Kelompok pertama selama empat malam harus memperpanjang waktu tidur dengan tidur setidaknya selama 10 jam setiap malam sedangkan kelompok lainnya tetap dengan waktu tidur normal.

Ingin Bugar? Cari Teman Saat Berolahraga!

KOMPAS.com – Sebuah penelitian menunjukkan, berolahraga bersama pasangan atau teman membuat seseorang lebih bersemangat dan latihan pun menjadi lebih lama. Bila Anda ingin berolahraga lebih lama dan kuat, carilah rekan yang dinilai lebih kuat secara fisik sehingga dapat memacu motivasi Anda.

Hal ini merupakan kesimpulan dari sebuah penelitian kecil terhadap mahasiswi di Universitas. Kelompok mahasiwa yang disandingkan dengan pasangan atau temas saat berolahraga menunjukkan kinerja lebih baik dibanding kelompok yang berolahraga sendirian. Penelitian ini juga menemukan, ketika dipasangkan dengan rekan yang kuat, meskipun menjalani latihan lebih lama, seseorang tidak akan merasa lebih capek dari pada orang yang berlatih sendirian.

"Bila tujuannya adalah agar dapat lebih lama, berolahraga dengan rekan yang lebih kuat dapat membuat perbedaan besar," kata penulis studi, Brandon Irwin, asisten profesor kinesiologi di Kansas State University. 

Selasa, 10 Juli 2012

Mengenal Higgs Boson, si "Partikel Tuhan"

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengumuman penemuan partikel yang konsisten dengan Higgs Boson atau sering disebut-sebut sebagai partikel Tuhan pada Rabu (4/7/2012) disambut kegembiraan banyak pihak. 

Para ilmuwan, tak terkecuali Stephen Hawking, memberi ucapan selamat kepada Peter Higgs, ilmuwan Inggris yang merumuskan keberadaan Higgs Boson. Sementara itu, media internasional memberitakan penemuan ini besar-besaran, mengulasnya dari berbagai sisi.

Tapi di antara keramaian ucapan selamat dan pemberitaan, tersisa banyak orang yang belum mengetahui apa sebenarnya Partikel Tuhan. Pemberitaan Partikel Tuhan malah membuat dahi mengernyit.

Partikel Tuhan, dari Democritus sampai Peter Higgs

KOMPAS.com - Pada Rabu (4/7/2012) lalu, Organisasi Riset Nuklir Eropa (CERN) mengumumkan penemuan partikel yang konsisten dengan Higgs Boson. Penemuan ini disambut meriah, walau masih harus ditindaklanjuti apakah partikel yang ditemukan memang Higgs Boson.

Pencarian Partikel Tuhan sudah berlangsung selama 40-an tahun. Waktu yang lama memang, tapi belum terlalu lama jika dibandingkan dengan sejarah fisika partikel yang kemudian mendasari pencetusan keberadaan Higgs Boson oleh Peter Higgs, fisikawan dari University of Edinburgh.

Kajian fisika partikel yang akhirnya menelurkan konsep Higgs Boson sebenarnya sudah berlangsung lama, sejak Sebelum Masehi. Berikut rangkuman lompatan-lompatan penting dalam fisika partikel hingga penemuan CERN pada minggu lalu.